Jumat, 21 Oktober 2011

Tips Kilat Menerjemahkan Teks Inggris

Pertama-tama, mari kita baca cuplikan salah satu novel karya Agatha Christie yang diterbitkan pertama kali oleh Harper Collins pada 1949 berikut.


Crooked House
by Agatha Christie


Chapter 1

I first came to know Sophia Leonides in Egypt towards the end of the war. She held a fairly high administrative post in one of the Foreign Office departments out there. I knew her first in an official capacity, and I soon appreciated the efficiency that had brought her to the position she held, in spite of her youth (she was at that time just twenty two).



Mari kita simak arti per kata.

I : “saya”, “aku”, “gua”, dan “huruf kesembilan dari abjad Inggris”.
First: merupakan ordinal number yang berarti “pertama”. Bisa juga berarti “mula-mula”, “awalnya”.
Came: merupakan bentuk past dari kata “come” yang berarti “datang”.
Know: artinya “mengetahui”, “mengenal”.
In: “di”, “dalam”, “pada”, “di antara”
Egypt: “Mesir”.
Towards: “terhadap”, “ke arah”, “untuk”, “menjelang”, “hampir”, dan “ke pada”.
End: “akhir”
War: “perang”

Langkah kedua adalah memilah makna yang sesuai dengan konteksnya.

I : “aku”.
First: “awalnya”
Came: “datang”
Know: “mengenal”
In: “di”
Egypt: “Mesir”.
Towards: “menjelang”.
End: “akhir”
War: “perang”

Setelah mendapatkan makna kata yang sesuai dengan konteks kalimat, kita coba menyusunnya agar menjadi sebuah kalimat sehingga menjadi:
“I first came to know Sophia Leonides in Egypt towards the end of the war.”
“Aku awalnya datang mengenal Sophia Leonides di Mesir menjelang akhir perang.”

Langkah selanjutnya adalah menerjemahkannya menjadi kalimat yang enak dibaca.
“Awalnya, aku mengenal Sophia Leonides di Mesir ketika Perang Dunia hampir berakhir.

Kalimat kedua:
She held a fairly high administrative post in one of the Foreign Office departments out there.
She: “dia (perempuan)”
Held: merupakan bentuk past dari hold yang berarti “memegang”, ‘mendapatkan”, “mengadakan”, mempertahankan”
A: “sebuah”, “suatu”
Fairly: “agak baik”, “lumayan”, “hampir”
High: “tinggi”, “besar”, “mahal”
Administrative: “administratif”, “ketatausahaan”,
Post: “tonggak”, “tempat tugas”, “jabatan”, “surat kabar”, “majalah”, “menempatkan”, “memasang”.
One: “Satu”
Foreign: “luar negeri”, “asing”, “yang datang dari luar”
Office: “kantor”, “jabatan”, “jasa”
Departments: 1 departemen. 2 bagian.
Out: 1 keluar. 2 di luar
There: 1 ada. 2 di sana

Langkah kedua adalah memilah makna yang sesuai dengan konteksnya.

She held a fairly high administrative post in one of the Foreign Office departments out there.

She: “dia (perempuan)”
Held: “memegang”
A: “sebuah”
Fairly: “lumayan”
High: “tinggi”,
Administrative: “administratif”,
Post: “jabatan”
One: “Satu”
Foreign: “luar negeri”
Office: “kantor”,
Departments: 1 departemen. 2 bagian.
Out: di luar
There: di sana

Kemudian, kita menyusunnya agar menjadi sebuah kalimat sehingga menjadi:
She held a fairly high administrative post in one of the Foreign Office departments out there.
Dia memegang sebuah jabatan administratif lumayan tinggi di satu kantor departemen luar negeri di sana.

Lalu menerjemahkannya menjadi kalimat yang enak dibaca:

She held a fairly high administrative post in one of the Foreign Office departments out there.
Dia menduduki jabatan administratif yang cukup tinggi di salah satu kantor departemen Luar Negeri di sana.

Kita sudah menerjemahkan dua kalimat dalam paragraph di atas. Sekarang coba Anda lanjutkan untuk mengerjakan kalimat selanjutnya. Caranya seperti yang dibahas di atas.
Coba dulu dan jangan langsung melihat hasil terjemahan di bawah ini.
Kalau sudah, silakan cocokkan dengan terjemahan di bawah. Kalimat Anda bisa saja berbeda karena setiap orang punya kreativitas yang berbeda, asal maknanya harus benar dan enak dibaca.
I knew her first in an official capacity, and I soon appreciated the efficiency that had brought her to the position she held, in spite of her youth (she was at that time just twenty two).
Mula-mula, aku mengenalnya hanya untuk urusan kantor. Kemudian, aku segera mengagumi efesiensi kerjanya yang membawanya pada posisi yang cukup tinggi meskipun ia masih muda (waktu itu dia baru dua puluh dua tahun).


Mari kita kembali ke paragraph tersebut. Paragraf tersebut menceritakan awal mula perkenalan si pencerita (narator) dengan seorang gadis dua puluh dua tahun bernama Sophia Leonides. Ketika si narrator menceritakan kejadian itu, tentu saja ia menggunakan bentuk waktu simple past tense.
Mengapa? Karena kejadian perkenalan itu sudah terjadi atau sudah lewat. Oleh karena itu ketika kita menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, kita harus menciptakan suasana bahwa perkenalan itu sudah terjadi.
Lalu, apa lagi ciri bahwa kalimat-kalimat tersebut menggunakan simple past tense? Ya, pada kalimat pertama, terdapat kata “came” yang merupakan bentuk past dari “come”, kemudian ada kata”held”, “appreciated”, dan “knew”

Rumus simple past tense adalah sebagai berikut.

Subject + Verb II (past) + Object


Mari kita terapkan dalam kalimat yang sudah kita pelajari.

I first came to know Sophia Leonides in Egypt towards the end of the war.

Subject = I
Verb II = came to know
Object = Sophia Leonides
Adverb of place and time = in Egypt towards the end of the war

Ingat, dengan memahami fungsi dari setiap kata, maka akan memudahkan kita dalam menerjemahkan dan memahami arti suatu kalimat.

She held a fairly high administrative post in one of the Foreign Office departments out there.

Subject = she
Verb II = held
Object = a fairly high administrative post
Adverb of place = one of the Foreign Office departments out there

I knew her first in an official capacity, and I soon appreciated the efficiency that had brought her to the position she held, in spite of her youth (she was at that time just twenty two).

Subject = I
Verb II = knew
Object = her
Adverb = first in an officially capacity

Subject = I
Verb II = appreciated
Object = the efficiency that had brought her to the position she held
Adverb = soon, in spite of her youth

Subject = she
To be past = was
Complement = twenty two
Adverb of time= at that time

Jadi, akan lebih mudah bagi kita untuk menerjemahkan suatu kalimat jika kita mengetahui fungsi tiap-tiap kata yang membentuk suatu kalimat tersebut.
Lalu bagaimana cara untuk mengetahui fungsi tiap-tiap kata dalam kalimat?
Pertama, cari mana saja yang termasuk kata benda. Ciri-ciri kata benda adalah sebagai berikut.
• Kelompok kata benda dibentuk dengan menambahkan beberapa kata di depan atau di belakang kata benda inti. Kata-kata tersebut di antaranya: a, the, this, that, some, any, one, my, dll. Contohnya: a boy (ditambah “a”), my book (ditambahkan my), some people (diambahkan some).
• Ada juga kata benda yang tidak ditambahkan kata, yaitu kelompok kata benda yang tidak dapat dihitung (uncountable).
• Didahului kata sifat, verb-ing, verb III, atau kata benda lainnya. Contoh: beautiful car (ditambah kata sifat beautiful), sleeping bag (ditambah verb-ing), written test (ditambah verb III, yaitu written), book store (diikuti kata benda lainnya, yaitu book).

Mari kita terapkan dalam latihan.

Carilah mana saja yang merupakan kata benda.
1. Andi borrowed my bag yesterday.
Tentu saja Andi merupakan kata benda. Selain itu ada “bag”. Bisa diketahui karena diikuti dengan kata “my”. Sedangkan borrowed bukan merupakan kata benda, melainkan kata kerja karena dibentuk dari kata borrow+ed. Yesterday merupakan adverb atau keterangan waktu.

Setelah mengetahui mana saja yang merupakan kata benda, selanjutnya kita dapat menentukan mana yang kata kerja. Seperti contoh di atas, setelah kita menentukan mana saja yang termasuk kata benda, kita akan mudah menentukan mana yang merupakan kata kerja.
Setelah itu, kita tinggal mengartikannya dengan menerapkan pola sesuai dengan kalimat di atas. Kebetulan kalimat di atas berpola subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Subjek, pasti merupakan kata benda dan berada di depan kata kerja. Maka kita pilih: Andi.
Predikat, merupakan kata kerja atau to be. Di kalimat tersebut tidak ada to be berarti kita pilih: borrowed (meminjam).
Objek, berada setelah predikat yaitu “my bag” (tasku).
Dan keterangan (jika ada) bisa berada di depan dan belakang. Fungsinya menerangkan kalimat, bisa tempat, bisa waktu, dll.
Maka kita artikan: Andi meminjam tasku kemarin.

Teknik ini akan sangat berguna jika kalimatnya kompleks atau panjang dan terdapat banyak frasa seperti:

When I visited my grandmother’s house, I met my old friend.

Coba kita terapkan teknik di atas.
Mana saja yang merupakan kata benda: I, grandmother’s house, old friend.
Kemudian kita cari mana yang merupakan kata kerja: visited, met (diketahui karena berada setelah subjek (I)
Mulai mengartikan dengan pola sesuai dengan pola kalimat di atas, yaitu Keterangan (diketahui karena ada kata “ketika” yang menerangkan keterangan waktu), Subjek, predikat, dan objek.
Maka kita artikan: Ketika aku mengunjungi rumah nenekku, aku bertemu dengan teman lamaku.

Baiklah, mari kita kembali ke pola simple past tense.
Setelah membaca cuplikan novel Agatha Christie, kita tentunya dapat menyerap bagaimana pola simple past tense dibuat.

I first came to know Sophia Leonides in Egypt towards the end of the war. She held a fairly high administrative post in one of the Foreign Office departments out there. I knew her first in an official capacity, and I soon appreciated the efficiency that had brought her to the position she held, in spite of her youth (she was at that time just twenty two).

Jika kita akan sesuatu yang berhubungan dengan kata kerja, maka tidak perlu ditambahkan to be. Oh ya, to be past adalah was dan were. Namun jika kita hendak menuliskan tentang sesuatu yang bukan merupakan kata kerja seperti umur, kata sifat, dll., maka diperlukan to be was atau were.
Dapat kita lihat pada kalimat terakhir, yaitu: she was at that time just twenty two.
Pada kalimat tersebut tidak terdapat pekerjaan yang dilakukan, seperti kalimat lainnya, misalnya: bertemu, mengenal, mengagumi. Kalimat ini hanya menerangkan umur maka tidak memerlukan kata kerja, dan hanya memerlukan to be. To be past dari she adalah was.

Senin, 26 September 2011

Lowongan Penerbit Buku Jogjakarta Terbaru (Editor, Layouter, administrasi)

Penerbit buku umum di Yogyakarta membutuhkan anak muda kreatif untuk bergabung bersama tim redaksi Javalitera dan mengisi posisi (fulltime):

1. Layouter/setter:
Syarat:
• Menguasai program Indesign (primer), photoshop dan corel (sekunder)
• Kreatif mendesain isi
• Pengalaman sebagai layouter/setter atau bekerja di penerbit
• Umur maksimal 30 tahun

2.Administrasi
Syarat:
- Wanita maks. 25 tahun
- Minimal lulusan SMA/SMK
- menguasai Microsoft Word & Excel dengan baik
- Mampu berkomunikasi dengan baik
- Mencintai buku lebih diutamakan
- Berdomisili atau bersedia berdomisili di Yogyakarta

Kirim lamaran, CV, dan portofolio Anda ke: redaksi.javalitera@gmail.com dan cc ke: ipang.javalitera@gmail.com paling lambat tanggal 15 Oktober 2011.

Rabu, 23 Maret 2011

Lowongan Penerbit Buku Jogjakarta Terbaru (Layouter/setter buku dan administrasi)

Penerbit buku umum di Yogyakarta membutuhkan anak muda kreatif untuk bergabung bersama tim redaksi Javalitera dan mengisi posisi (fulltime):

1. Layouter/setter:
Syarat:
• Menguasai program Indesign (primer), photoshop dan corel (sekunder)
• Kreatif mendesain isi
• Pengalaman sebagai layouter/setter atau bekerja di penerbit
• Umur maksimal 30 tahun

2.Administrasi
Syarat:
- Wanita maks. 25 tahun
- Minimal lulusan SMA/SMK
- menguasai Microsoft Word & Excel dengan baik
- Mampu berkomunikasi dengan baik
- Mencintai buku lebih diutamakan
- Berdomisili atau bersedia berdomisili di Yogyakarta

Kirim lamaran, CV, dan portofolio Anda ke: redaksi.javalitera@gmail.com dan cc ke: ipang.javalitera@gmail.com paling lambat tanggal 15 Oktober 2011.

Minggu, 28 November 2010

Lowongan Desain Cover Penerbit

Penerbit Javalitera di Jogja membutuhkan Desainer Cover fulltime.
Syarat minimal D3 Desain Grafis atau Diskomvis. Bisa Corel, Photoshop, InDesign. Lebih disukai bisa ilustrasi.

Kirim Lamaran ke:

Redaksi Javalitera
Jl. Anggrek No. 126 Sambilegi Maguwoharjo Yogyakarta 55282

Ditunggu paling lambat tanggal 30 November 2010.


Salam

Minggu, 02 Mei 2010

Kuis Nyanyian Grammar


Telah terbit buku Nyanyian Grammar yang ditulis oleh Emirfan T. Mulyati. Untuk mensyukurinya, penulis akan memberikan 5 buah buku untuk 5 peserta kuis yang menurut kami terbaik. Jadi, masing-masing dapet satu.

Cara ikut kuis:
- Pilih salah satu lagu favorit dalam buku,
- Kutip satu kalimat dari lirik favorit tersebut (harus kalimat ya),
- Tebak grammar lirik tersebut atau buat pertanyaan tentang grammar apa yang “bersembunyi” di balik lirik tersebut.
- Tulis masukan untuk buku Nyanyian Grammar

Jawaban dikirim lewat pesan di akun Facebook Makhamad Irfan. JAwaban ditunggu sampai tanggal 15 Mei 2010.

Contoh cara ikut kuis:

- Creep, Radiohead
- What the hell am I doin’ here?
- Jika ingin menebak, dapat menjelaskan: Kalimat tersebut berarti, “Apa yang aku lakukan di sini?” Kalimat di atas menunjukkan suatu kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi. “Apa yang aku lakukan sekarang,” maksudnya demikian. Jawabannya bisa demikian, “You are waiting.” “Kamu sedang menunggu.” Karena kalimat tersebut menunjukkan suatu kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi atau berlangsung saat kita sedang berbicara, maka kalimat tanya di atas termasuk kalimat dengan bentuk waktu Present Continous Tense. Dst…
- Jika ingin bertanya: “Apa grammar yang tersembunyi pada lirik di atas?” atau, “mengapa kalimat tersebut memakai to be “am”, atau pertanyaan lainnya. Sebisa dan secepat mungkin, kami akan menjawab pertanyaannya.
- Masukan bisa berupa saran, kritik, pujian, dan makian. Mohon sebutkan alasannya.



“NYANYIAN GRAMMAR”
EMIRFAN T. MULYATI


Belajar dapat dilakukan melalui media apa pun. Itulah salah satu ide buku ini ditulis. Nyanyian Grammar telah mengubah pandangan belajar bahasa Inggris yang umumnya dianggap sulit menjadi mudah dan menyenangkan. Nyanyian Grammar mencakup 21 judul lagu populer serta 21 pembahasan grammar.

1. Do/Does dalam Disturbia, Rihanna
2. Verb to be (is/am/are) dalam Viva La Vida,Coldplay
3. Verb to be (was/were) dalam I Will Survive, Cake
4. Pronouns dalam I’m OK, Christina Aguilera
5. Countable Nouns dalam Killing me Softly, Brenda Lee
6. Uncountable Nouns dalam Thank You, Dido
7. Articles dalam Black or White, Michael Jackson
8. Possessive Adjective and Possessive Pronouns dalam I’m yours, Jason Mraz
9. Preposition of Place dalam My Heart Will Go On, Celine Dion
10. Adjectives dalam Everything, Michael Buble
11. Adverb dalam Zombie, Cranberries
12. Comparison of Adjectives dalam Scientist,Coldplay
13. Some and Any dalam If Ain’t Got You, Alicia Keys
14. Relative Clause who, that, and which dalam High and Dry, Radiohead
15. Simple Present Tense dalam Friday I’m in love, The Cure
16. Present Continous Tense dalam Creep, Radiohead
17. Simple Past Tense dalam Accidentaly in Love,Counting Crow
18. Simple Future Tense dalam Unintended, Muse
19. Present Perfect Tense dalam I Still Haven’t Found What I’m Looking For, U2
20. Gerund dalam Poker Face, Lady GaGa
21. Passive Voices dalam Leaving on the Jet Plane,Chantal Kreviazuk


Buku pendamping pelajaran bahasa Inggris ini disajikan dengan santai. Di setiap bab-nya, Anda sekalian akan menemukan ilustrasi keren si penyanyi atau band, lirik lagu, diskusi (pembahasan grammar dari kutipan lirik), completing lyrics (latihan dengan cara mengisi lirik yang kosong), dan Serious Exercise (latihan serius).

Silakan buktikan dengan melihatnya di toko-toko buku.




Salam,


Emirfan T. Mulyati

Minggu, 04 April 2010

Selasa, 06 Oktober 2009

Menyunting Naskah Anda

Saya baru saja membaca buku yang begitu menstimulasi saya untuk menerbitkan buku secara swakelola. Judulnya Saya Bermimpi Menulis Buku karya Bambang Trim. Di dalam buku tersebut, Anda akan memperoleh pengetahuan tentang penerbitan swakelola dan penyuntingan mandiri. Menurut buku ini, terdapat beberapa hal yang penting untuk Anda sunting pada naskah Anda. Hal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Lihatlah dulu penampilan naskah Anda dalam tata cara mengetikkan naskah. Periksalah apakah naskah Anda sudah memiliki nomor halaman; apakah jelas pemisahan antarbab; antarsubbab; periksa juga ukuran font yang digunakan (normal adalah 12 pt) dan besar jarak antarbaris (spasi) yang digunakan 1,5 spasi atau 2 spasi.
2. Periksalah ejaan kata, istilah, nama orang, nama tempat, dan sebagainya dalam naskah Anda. Perhatikan kata-kata yang seolah-olah tampak sama, tapi sebenarnya berbeda makna, seperti: bias dan bias, ketika dan ketiak, persebaran dan perbesaran.
3. Periksa konsistensi penggunaan istilah pada naskah Anda. Misalnya jika Anda memakai kata Jogja, maka konsistenlah dalam menggunakan kata tersebut, bukan yogyakarta.
4. Bacalah secara perlahan paragraf demi paragraf naskah Anda.

Demikian ilmu yang dapat saya bagikan pada Anda. Sebagai seorang editor saya juga sependapat dengan beliau. Betewe, saat ini saya bekerja di Tiga Serangkai sebagai editor. Sebelumnya sempat di Yudhistira sebagai editor buku pelajaran bahasa Inggris, pernah juga di Tarawang Press sebagai editor dan penerjemah, serta di Mediapressindo sebagai penerjemah.
Oya, saya juga bisa bantu menerjemah dan menyunting naskah Anda lho.
Hub: Irfan 08562564314
Atau kirim email ke: ipanklove@yahoo.com
Saya akan jelaskan sistem pembayarannya. Harga terjangkau.

Minggu, 06 September 2009

Hiputindo Translation

Menerjemahkan dengan Baik dan Benar

Butuh Penerjemah Profesional dengan pengalaman di penerbit buku????


Hubungi M. Irfan (08562564314)
email: mokhamad_irfan@yahoo.com


Thanks

Minggu, 12 April 2009

Conrad said

I don't like work...but I like what is in work—the chance to find yourself. – Joseph Conrad (1857-1924).

(Aku tak suka dengan kerja... tapi aku suka hal-hal yang ada di dalamnya - itu adalah kesempatan untuk mencari siapa Anda sebenarnya – Joseph Conrad (1857-1924).

Selasa, 07 April 2009

Sekilas tentang Agatha Christie

Agatha Christie lahir di Torquay, Devon, pada tanggal 15 september 1890. Dia adalah seorang penulis novel bergaya British. Dia juga seorang penulis cerita-cerita misteri yang produktif. Dia memulai karirnya dengan novel The Mysterious Affair at Styles (1920). Cerita-cerita misteri Agatha Christie terbilang cerdas. Plot dari ceritanya sering mengejutkan dan tak terduga-duga. Dia menciptakan dua didektif yang tak biasa, Helcule Poirot dan Miss Marple. Poirot adalah pahlawan dalam karya-karyanya, termasuk karya klasiknya, The Murder of Roger Ackroyd (1926) dan Curtain (1975).

Agatha Christie menikah dengan Archibald Christie. Tapi mereka bercerai di tahun 1928. Pada tahun 1930, ketika melakukan perjalanan ke Timur tengah, Agatha Christie bertemu dengan Arkeolog Inggris, Sir Max Mallowan. Mereka menikah pada tahun itu. Mulai saat itu Agatha Christie ditemani suaminya pada perjalanan ke Irak dan Syria. Dia menggunakan ekspedisinya sebagai materi dalam novel Murder in Mesopotamia (1930), Death on the Nile (1937), dan Appointment with Death (1938).

Drama karya Agatha Christie, termasuk The Mousetra, dibuat bersambung di London sejak tahun 1952, dan Witness for the Prosecution (1953; film 1957). Dia mendapat penghargaan, The New York Drama Critics' Circle Award untuk tahun 1954-1955. Cerita-ceritanya banyak yang dijadikan filem seri, khususnya pada tokoh Hercule Poirot dan Miss Marple.

Diterjemahkan dari sumber berbahasa Inggris:

http://www.readprint.com/author-21/Agatha-Christie


Sabtu, 04 April 2009

Cerita Pendek Elektronik Gratis

Ini ada cerita buat Anda baca-baca di rumah....
Cerita pendek ini udah pernah diterbitin sama koran lokal Jogja.
Ceritanya tentang pengabdian anak kepada orangtuanya.
Untuk download klik sini ya.

Kamis, 12 Maret 2009

Uang Kiriman Danny

Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa, dua bulan sesuai diwisuda, Danny mendapat kesempatan untuk bekerja di sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat. Maka, ia pun tidak pulang ke kota tempat ia lahir. Ia tetap berjuang di rantau.
Danny suka sekali pada job deskripsinya. Pekerjaannya sehari-hari adalah menerjemahkan teks bahasa Inggris menjadi teks bahasa Indonesia. Satu hal yang ia tidak suka adalah karena ia mendapat bayaran kecil dari lemabaga kecil tersebut. Selain itu, pembayarannya pun tidak terjadwal. Kadang tanggal tiga, bisa tanggal 15, ataupun akhir bulan. Juga bisa penuh, bisa setengah dari gaji, ataupun digenapkan saja menjadi berapa begitu. Karena memakluminya, Danny sanggup bekerja di sana sampai hampir satu tahun. Dan selama itu, ia belum bisa mengirimkan uang untuk keluarganya. Malah, ia masih meminta beberapa jumlah kiriman uang dari ibunya sekadar untuk membayar uang sewa kos dan makan di warung, tentunya tanpa sepengetahuan ayahnya. Untungnya Danny juga sering mendapat order terjemahan dari luar kantornya.
Di hari-hari terakhir bekerja di LSM tersebut, Danny benar-benar sudah tidak kerasan lagi bekerja di sana. Pasalnya, bayarannya semakin tidak jelas saja. Ditambah lagi karena beberapa hari sebelumnya, ia ditelepon perusahaan yang cukup besar. Perasaan malas itu semakin menjadi saat semakin dekat hari untuk psikotes dan wawancara di perusahaan tersebut. Sebenarnya, Danny adalah karyawan yang masih bertahan di sana. Sebelumnya ada lima orang yang bergiliran mengundurkan diri tiap bulannya.
Untuk hadir pada acara psikotes dan wawancara, Danny membolos di LSM itu. Ia sengaja tak memberi kabar karena dia yakin direktur LSM tersebut tak mencarinya. Rangkaian tes dan wawancara tersebut berlangsung selama tiga hari. Barulah hari keempat ia kembali masuk kantor bertemu dengan kejenuhan. Dua minggu kemudian, ia ditelepon kantor yang baru. Katanya ia diterima. Danny senang sekali dan langsung resign, mengundurkan diri dari LSM tersebut.
Semenjak bekerja di kantor yang lebih formal dan besar, Danny tak lagi meminta uang kiriman pada ibunya. Bahkan setelah setahun bekerja di sana, dia dapat mengirim uang untuk keluarga di kota kelahirannya.
Saat libur lebaran, Danny pulang ke rumah orang tuanya. Setelah selesai shalat ied, berkumpulan keluarga tersebut di ruang makan. Selain ayah dan ibunya, ada juga adik perempuan Danny yang masih kuliah.
“Dan, gimana kerja?” tanya ayahnya.
“Baik, Yah.”
“Ayah udah tua. Udah males nyari orderan. Udah males nyari duit, Dan.”
Semuanya masih menikmati makannnya sambil menunduk. Mereka agaknya sudah bosan mendengar ocehan orang tua itu.
“Ayah iri sama orang tua lain. Itu lho, bapaknya Hendra, temen SMA kamu, katanya tiap bulan dapet kiriman dari Hendra.”
Danny kaget. Ia merasa sudah mengirimkan uang yang lumayan untuk ayah, ibu, dan adiknya. Belum sempat ingin membantah, ibunya langsung memberi isyarat agar Danny diam.
Setelah makan selesai, ayahnya menuju ruang tamu. Ibunya menarik tangan Danny kemudian membawanya menuju ke dapur.
“Uang yang kamu kirimkan, ibu pakai untuk biaya kuliah Dini. Sisanya ibu tabung. Habisnya kalau ayah tahu ibu punya duit banyak, maunya belanja barang dagangan terus. Nimbun minyak tanah, beras, atau beli barang belanjaan sampai banyak sekali,” kata ibunya menjelaskan.
“O, gitu, Bu.”
“Iya. Jadi tolong kalau ayah bilang begitu, biarin aja ya, Nak.”
Danny bingung tapi mengangguk. Kemudian malam harinya, seusai sholat Maghrib, Danny menghampiri ayahnya yang sedang duduk di teras membaca koran. Suara takbir masih mengalun dari mushola yang tak jauh dari rumahnya. Ibunya dan Dini sedang mempersiapkan ketupat sayur untuk makan malam.
Danny menggenggam sejumlah uang kertas, lalu duduk di samping ayahnya. Danny memberikan uang itu. Ayahnya lalu tersenyum, “Simpan saja. Untuk bantu biaya kuliah Dini, atau tabung seperti ibumu.”
Danny semakin bingung, lalu ayahnya sedikit menjelaskan, “Sebenarnya ayah tahu kalau kamu kirim uang buat ayah walaupun uang itu nggak pernah sampai ke tangan ayah. Walaupun ibu nggak pernah bilang kalau dia menyimpan uang itu, ayah tahu. Mana bisa Dinny kuliah di luar kota hanya dengan hasil dari warung kecil kita.
“Jadi ayah pura-pura nggak tahu?”
Ayahnya tersenyum, “Yang paling mengerti ibumu ‘kan ayahmu”, beliau lalu berdiri mengajak Danny makan ketupat.


Yogyakarta, 11 Agustus 2008


Selasa, 06 Januari 2009

Musik Zaman Sekarang,


Lebih Komersil Daripada Idealis

Ada tiga elemen yang berperan dalam dunia musik. Pencipta, pemain, dan penikmat musik. Ketiganya seharusnya dan memang harus berkesinambungan untuk menciptakan sebuah dunia musik. Pencipta musik atau lebih popular disebut pencipta lagu dan pemain yang idealis akan menciptakan dan memainkan musik-musik yang mereka minati. Mereka melakukannya untuk kepuasan diri. Mereka biasanya tak peduli dengan selera para penikmat atau pendengar musik. Namun para penikmat musik idealis juga tidak sedikit. Penikmat musik yang idealis juga akan mendengarkan musik-musik yang mereka minati.

Selera musik dari zaman ke zaman selalu berubah. Hal ini dikarenakan kejenuhan yang dirasakan ketiga elemen tersebut. Dari yang dapat diamati, bisa dikatakan perubahan tersebut adalah dari musik yang rumit ke musik yang lebih mudah dicerna. Dari musik yang klasik ke musik yang popular (biasa disebut pop). Dari musik yang idealis ke musik yang komersil.

Kata orang bahasa yang paling jujur adalah bahasa musik. Orang akan mencipta, memainkan, atau mendengarkan musik mana yang diminatinya. Sesama pemain di dalam sebuah kelompok musik akan menyatu dengan musik yang mereka suka. Sebagai contoh yang lebih jelas; Hendra dan Hendri adalah anak kembar, namun selera musik mereka bisa berbeda. Itulah kejujurannya. Satu yang mungkin tak disadari adalah bahwa musik juga bisa “meracuni”. Selera musik seseorang akan mendapat pengaruh dari selera musik orang lain. Hal ini berlaku untuk ketiga elemen di atas.

Musik juga dipengaruhi oleh industri musik, namun bukan merupakan elemen yang dapat menciptakan dunia musik. Faktor-faktor yang mempertimbangkannya datang dari penikmat musik itu sendiri, yaitu musikalitas, kedudukan sosialnya, dan keadaan jiwa saat mendengar musik. Industri musik tidak mau ambil risiko untuk merilis album yang kelihatan kurang komersil atau kelewat idealis. Industri musik saat ini lebih banyak yang menyukai musik yang tidak terlalu rumit musikalitasnya. Musik yang idealis dianggap tidak memperdulikan selera penikmat musik. Dengan industri musik, para pencipta dan pemain lebih memikirkan selera musik para pendengar. Oleh karena itu, musik zaman sekarang terasa lebih komersil daripada idealis.

Pendengar yang masih idealis biasanya bisa mencipta atau memainkan musik. Jadi, mereka kurang begitu suka dengan musik yang lebih cenderung kekomersilannya daripada idealisnya. Kadang mereka juga kecewa ketika pencipta dan pemain musik yang tadinya menurut mereka idealis berubah haluan dan hanya mementingkan komersialisme. Mereka (pencipta dan pemain musik yang berubah haluan) juga tidak dapat disalahkan. Pendengar musik yang komersil lebih banyak ketimbang pendengar yang idealis. Pendengar komersil lebih banyak yang membeli karya mereka ketimbang pendengar yang idealis karena biasanya mereka juga bisa mencipta dan memainkan musik.

Masih bicara masalah industri musik. Sasaran pasar musik yang besar adalah anak-anak sekolah, terutama siswi SMP dan SMU. Biasanya mereka akan saling bertukar pinjam kaset atau CD ke sesama teman. Para siswa lebih kebanyakan meminjam daripada membelinya. Dari sasaran musik yang besar tersebut bisa dipastikan bahwa mereka adalah pendengar yang komersial. Mereka melihat musik dari lirik dan musik yang mudah mereka hapal atau dendangkan.

Sebagaimana telah disiratkan di atas, bahwa penikmat musik sebagai salah satu elemen dalam kehidupan musik tidak dapat diabaikan begitu saja. Malah, penikmat musiklah yang sesungguhnya memberi pendapat akhir, apakah karya karya sang pencipta dan pemain musik dapat diterima.

Penikmat musik yang baik adalah mereka yang tidak membiarkan susunan-susunan nada hanya masuk dalam telinga saja, atau katakanlah pasif. Mereka harus aktif menikmati keindahan sebanyak-banyaknya dari musik yang mereka dengar. Penikmat musik yang baik juga harusnya tidak terpengaruh oleh kekomersialan musik yang berasal dari unsur-unsur di luar musik. Unsur-unsur di luar musik tersebut di antaranya kostum baik pakaian yang aneh, nyentrik ataupun seksi, gaya panggung, atau hal visual lainnya. Unsur-unsur tersebut seharusnya tidak menggeser nilai musikalitas dalam kehidupan bermusik, namun saling melengkapi.

(Mokhamad Irfan, SS)



Sastra Dan Feminisme

Sastra dan Feminisme

Oleh: Mokhamad Irfan

Sastra adalah sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Karena sastra mempelajari tentang pengalaman hidup manusia dan mengabadikannya dalam sebuah karya sastra. Henkle (1977:6) menyatakan bahwa sastra itu mempelajari tentang orang lain, dan keuntungan yang besar dalam mempelajari sastra adalah kita dapat masuk kedalam kehidupan seseorang meskipun kita tidak bertemu orang tersebut secara langsung.

Disamping mempelajari tentang kehidupan manusia, kesusastraan juga seharusnya mempunyai nilai-nilai pelajaran tentang hidup. Henkle juga mengatakan bahwa kesusastraan itu mempunyai sebuah nilai khusus yang berbeda dengan disiplin ilmu yang lain, karena sastra memberikan gagasan atau pikiran pada kita. Gagasan Henkle terhadap kesusastraan tercermin dalam karya Agatha Christie, khususnya Crooked House (telah diterjemahkan dengan judul “Buku catatan Yosephine”).

Walaupun novel ini sebuah novel populer, novel ini berisi banyak nilai-nilai pelajaran kehidupan manusia. Jadi, novel ini tidak sekedar sebuah hiburan saja. Tidak sekedar cerita detektif yang membuat rasa penasaran saja. Novel ini juga memberi pembaca banyak pengetahuan tentang hidup. Salah satunya tentang feminisme pada abad XX di Inggris yang tergambar pada beberapa aspek didalam novel.

Untuk lebih mengenal feminisme, mari kita sekilas membicarakan sejarah gerakan feminisme di Amerika. Gerakan feminisme muncul di sekitar akhir abad XIX. Feminisme dibagi menjadi tiga gelombang, setiap gelombang berhubungan dengan aspek-aspek yang berbeda dari masalah yang sama. Gelombang pertama dimulai dari abad XIX sampai awal abad XX. Gelombang kedua dimulai sekitar tahun 1960 sampai 1980, yang dihubungkan oleh ketidaksetaraan dalam bidang hukum. Terakhir adalah gelombang ketiga yang terjadi sekitar tahun 1990 sampai saat ini.

Gerakan wanita dikenal sebagai gelombang kedua feminisme. Gelombang pertama feminisme terfokus pada hak wanita di bidang hukum, sedangkan gelombang kedua mencangkup setiap aspek wanita termasuk keluarga, seksualitas, dan pekerjaan.

Menurut Suzanne Staggenborg (2003:45), pada abad XIX, urbanisasi dan indrustialisasi membantu wanita memberontak akan semua hal yang menyangkut rumah tangga dan yang membebani wanita. Karena industrialisme yang maju, wanita di XIX dan diawal abad XX tidak terikat oleh pekerjaan di sawah. Pada abad XX, ekonomi dan perpindahan masyarakat membuat persamaan derajat seperti halnya pada lapangan kerja untuk wanita. Turunnya angka kelahiran juga menurunkan peran wanita sebagai pengurus rumah tangga.

Pada zaman Ratu Victoria, umumnya wanita hanya mempunyai sedikit hak di bidang hukum dan kesempatan berkarir daripada laki-laki. Ibu rumah tangga dianggap sebagai pekerjaan yang paling cocok untuk wanita. Lalu pada abad ke-20, wanita dibanyak negara mendapatkan hak untuk memilih dan meningkatkan pendidikan mereka juga untuk karirnya.

Inggris adalah Negara pelopor di bidang ekonomi. Revolusi industri yang pertama terjadi di Inggris pada abad XVIII sampai awal abad XIX dan revolusi industri ini mengantarkan kita pada perkembangan masyarakat dunia yang didominasi oleh masyarakat kelas menengah. Separuh penduduk Inggris tinggal di perkotaan. Laju perkembangan ekonomi dan perdagangan dunianya membuat Inggris menjadi Negara paling kaya di dunia pada saat Inggris dipimpin oleh ratu Victori, yaitu abad XIX. Beberapa saat sebelum dan sesudah revolusi industri, Kota London adalah pusat kapitalisme dunia.

Ketika revolusi industri berkembang, barang-barang yang tadinya diproduksi dengan tangan di beberapa industri rumah tangga, diproduksi oleh mesin di pabrik-pabrik. Wanita bersaing dengan pria untuk beberapa pekerjaan, tapi wanita masih dikhususkan di industri tekstil dan pabrik pakaian. Kenaikkan jumlah pekerja wanita juga terjadi pada tahun 1900an. Wanita-wanita tersebut umumnya mendapat gaji lebih kecil dari lelaki.

Pada waktu tersebut diatas perempuan dan laki-laki sama-sama berpartisipasi dalam mencari nafkah. Bersamaan dengan berkembangnya pertanian, pekerjaan wanita masih disekitar rumah. Mereka menyiapkan makanan, membuat baju, dan merawat anak-anak. Mereka juga membantu membajak sawah, memanen, dan memelihara hewan peliharaan. Berkembangnya kota, hal ini membuat banyak wanita Inggris berjualan barang-barang di pasar. Wanita Inggris mulai “meninggalkan” rumah mereka.

Perubahan sosial abad XX telah menciptakan nilai dan beraneka gaya hidup. Banyak wanita masuk lapangan pekerjaan, tetapi wanita masih banyak yang berperan sebagai ibu rumah tangga. Perubahan sosial abad XX juga merubah susunan populasi seperti di keluarga. Hal ini terjadi karena disamping menjadi seorang ibu, dia juga bekerja diluar rumah.

Ketika bertambahnya jumlah pekerja wanita, pengalaman mereka juga bertambah. Disamping menjadi pekerja, wanita pada waktu itu punya pendidikan yang lebih baik. Ketika bertambahnya jumlah pekerja wanita, persaingan juga terjadi diantara mereka. Wanita yang mempunyai latar belakang pendidikan yang lebih baik akan memenangkan persaingan itu. Dengan kata lain, wanita pada abad XIX adalah wanita yang berpendidikan. Staggengborg menyatakan suatu hal yang berkaitan dengan feminisme, secara biologis, wanita lebih lemah dari laki-laki, tapi secara psikologis, wanita tidak bisa ditempatkan di bawah laki-laki.





Minggu, 04 Januari 2009

Topeng Priya


Pembaca Bloggoblog yang tidak Goblog, ini ada satu puisi bagus nih. Saya mau bagi-bagi. Baca juga resensinya.

Topeng Priya

Wing Kardjo

Sajak apa

mesti kuhafalkan

untuk memikatmu?

Topeng

apa mesti kukenakan

untuk menyambutmu?

Kunyanyikan

kekawin asmara.

Kukenakan topeng Arjuna. Tidak!

Tidak!

Kulupakan semua

sajak, kutanggalkan

semua topeng!

Bukan saja

aku tak mau

tapi juga tak mampu

menipumu,

aku

cinta padamu.

Saya suka sekali sama puisi ini, bloggoblog Reader. Memang seharusnya cinta itu begitu. Saya jadi inget dulu sewaktu saya pacaran sama beberapa mantan saya dulu. Modelnya macem-macem. Biasa anak gaul getho. Saya jadi harus make topeng. Saya harus suka apa yang dia suka. Saya harus punya apa yang dia sukai. Yah pokoknya penuh dengan kepura-puraan deh. Akhirnya hubungan seperti itu gak bertahan lama. Putus. Tapi saya dapet cewe baru lagi. Yang baru ini malah lebih parah. Malah dia berani nyuruh saya supaya saya dalam tanda kutip pake topeng aja. Maksudnya begini, bloggoblog Reader yang tidak goblog, si cewek itu lebih suka saya yang tampil dibuat. Dia bilang begini, “aku gak suka kamu apa adanya.” Begitu. Dan bagusnya hubungan kita juga gak tahan lama.

Puisi Topeng priya ini begitu romantis, Bloggoblog Reader yang tidak Goblog. Penulis, Wing Kardjo menyiratkan bahwa tidak tampil apa adanya adalah sebuah kebohongan dan dosa. Seharusnya laki-laki atau istilah Almarhum Wing Kadjo priya, itu berusaha memakai topeng untuk memikat wanita. Memang ada sebuah usaha jika kita memakai “topeng” untuk memikat wanita. Namun usaha tersebut tidak seharusnya terlalu memaksakan si priya.

Lagian, kalo udah cinta sama priya, Wanita itu gak pake mata kok cintanya. Menurutku sih. Soalnya saya dah nemuin cewek yang kayak gitu.

Thanks ya, Bloggoblog Reader yang tidak Goblog.

www.mokhamad-irfan.blogspot.com

www.ipankbloggoblog.blogspot.com





Jumat, 02 Januari 2009

Apa aja